Senin, 28 Juli 2014

Berserah Diri Hanya PadaNya




Percaya atau tidak, momen Hari Raya Idul Fitri adalah momen paling sedih buat saya selama 5 tahun terakhir. Ketika semua orang tertawa bahagia bersama keluarga besar mereka masing-masing, aku harus melewatkan hari indah ini sendirian saja. Tanpa keluarga kandung, baik kakak (saya anak bungsu dari 3 bersaudara) dan juga tanpa anak (saya orangtua tunggal dengan 3 orang anak). 


Karena suatu keputusan yang aku buat dan keadaanku saat ini, kemampuanku terbatas untuk bisa berkumpul dengan mereka. Tidak ada seorangpun yang akan mampu membayangkan kesedihan dan rasa rindu berkumpul keluarga yang aku rasakan selama tahun-tahun itu. 

Mau mengadu kepada siapa? Tidak seorangpun akan mengerti.
Selama ini yang ada, orang justru akan cenderung negatif tentang keadaanku. Dan kenyataannya memang begitu. 

Dalam kesendirian, aku hanya bisa mengadu padaNya. Karena memang hanya Dia yang mau mendengarkanku, tidak pernah menyalahkan, sekaligus memberikan aku ketenangan, kekuatan, kesabaran untuk menghadapi semua. Dalam diam, dan dengan air mata pengharapan aku selalu memohon kepadaNya, agar berkenan mengangkat semua kesedihanku, mengangkat derajatku di mata manusia dan di hadapanNya. 

Kalau dikatakan ikhlas, keikhlasan manusia itu, hanya urusan manusia dengan penciptaNya. Tapi aku sungguh tulus menjalani semua yang harus aku lewati. Aku selalu berusaha berbesar hati dan terus tersenyum, berbagi kasih dan kebaikan sebisaku dengan orang di sekitarku, bahkan di saat-saat aku merasakan kesempitan yang menyesakkan. Hanya Alloh SWT tempat kita mengembalikan segala permasalahan yang tak mampu kita hadapi. Aku hanya melakukan apa yang aku mampu. Sisanya, biarlah tangan Alloh yang bekerja, dengan kasih dan sayangNya. 

Aku yakin Alloh Maha Segalanya...Maha Pengasih, Maha Penyayang dan tidak akan pernah mengecewakan hamba yang berharap hanya kepadaNya dengan sepenuh hati dan jiwa. Subhanalloh walhamdulillah wa laa illaha ilalloh wallohu akbar.. Hasbunalloh ni’mal wakiil ni’mal maula wanni’mannasir.. Laa hawla walaa kuwwata illa billahil aliyyil adzhiiim...

Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir berkata bahwa maksud “hasbunallah” ialah Allah-lah yang mencukupi segala urusan mereka. Sedangkan “al wakiil“, kata Al Faro’ berarti orang yang mencukupi. Demikian pula kata Ibnul Qosim. Sedangkan Ibnu Qutaibah berkata bahwa makna “al wakiil” adalah yang bertanggung jawab (yang menjamin) dan Al Khottobi berkata bahwa “al wakiil” adalah yang bertanggung jawab memberi rizki dan berbagai maslahat bagi hamba.

Dalam tafsir Al Jalalain disebutkan makna dzikir di atas ialah Allah-lah yang mencukupi urusan mereka dan Allah-lah sebaik-baik tempat bersandar dalam segala urusan.

Syaikh As Sa’di dalam kitab tafsirnya memaparkan, “Maksud ‘hasbunallah‘ adalah Allah-lah yang mencukupi urusan mereka dan ‘ni’mal wakiil’ adalah Allah-lah sebaik-baik tempat bersandar segala urusan hamba dan yang mendatangkan maslahat.”

Dan Alloh mencukupkan segala kebutuhanku. Mengurangi kesedihanku dan menambahkan ketenangan dalam batinku ketika aku harus sendirian di hari Idul Fitri ku..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar