Percaya atau tidak,
momen Hari Raya Idul Fitri adalah momen paling sedih buat saya selama 5 tahun
terakhir. Ketika semua orang tertawa bahagia bersama keluarga besar mereka
masing-masing, aku harus melewatkan hari indah ini sendirian saja. Tanpa
keluarga kandung, baik kakak (saya anak bungsu dari 3 bersaudara) dan juga
tanpa anak (saya orangtua tunggal dengan 3 orang anak).
Karena suatu
keputusan yang aku buat dan keadaanku saat ini, kemampuanku terbatas untuk bisa
berkumpul dengan mereka. Tidak ada seorangpun yang akan mampu membayangkan
kesedihan dan rasa rindu berkumpul keluarga yang aku rasakan selama tahun-tahun
itu.
Mau mengadu kepada
siapa? Tidak seorangpun akan mengerti.
Selama ini yang ada,
orang justru akan cenderung negatif tentang keadaanku. Dan kenyataannya memang
begitu.
Dalam kesendirian,
aku hanya bisa mengadu padaNya. Karena memang hanya Dia yang mau
mendengarkanku, tidak pernah menyalahkan, sekaligus memberikan aku ketenangan,
kekuatan, kesabaran untuk menghadapi semua. Dalam diam, dan dengan air mata
pengharapan aku selalu memohon kepadaNya, agar berkenan mengangkat semua
kesedihanku, mengangkat derajatku di mata manusia dan di hadapanNya.
Kalau dikatakan
ikhlas, keikhlasan manusia itu, hanya urusan manusia dengan penciptaNya. Tapi
aku sungguh tulus menjalani semua yang harus aku lewati. Aku selalu berusaha
berbesar hati dan terus tersenyum, berbagi kasih dan kebaikan sebisaku dengan
orang di sekitarku, bahkan di saat-saat aku merasakan kesempitan yang
menyesakkan. Hanya Alloh SWT tempat kita mengembalikan segala permasalahan yang
tak mampu kita hadapi. Aku hanya melakukan apa yang aku mampu. Sisanya, biarlah
tangan Alloh yang bekerja, dengan kasih dan sayangNya.
Aku yakin Alloh Maha
Segalanya...Maha Pengasih, Maha Penyayang dan tidak akan pernah mengecewakan
hamba yang berharap hanya kepadaNya dengan sepenuh hati dan jiwa. Subhanalloh
walhamdulillah wa laa illaha ilalloh wallohu akbar.. Hasbunalloh ni’mal wakiil
ni’mal maula wanni’mannasir.. Laa hawla walaa kuwwata illa billahil aliyyil
adzhiiim...
Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir berkata bahwa maksud
“hasbunallah” ialah Allah-lah yang mencukupi segala urusan mereka. Sedangkan
“al wakiil“, kata Al Faro’ berarti orang yang mencukupi. Demikian pula kata
Ibnul Qosim. Sedangkan Ibnu Qutaibah berkata bahwa makna “al wakiil”
adalah yang bertanggung jawab (yang menjamin) dan Al Khottobi berkata
bahwa “al wakiil” adalah yang bertanggung jawab memberi rizki dan berbagai
maslahat bagi hamba.
Dalam tafsir Al Jalalain disebutkan makna dzikir di
atas ialah Allah-lah yang mencukupi urusan mereka dan Allah-lah sebaik-baik
tempat bersandar dalam segala urusan.
Syaikh As Sa’di dalam kitab tafsirnya memaparkan,
“Maksud ‘hasbunallah‘ adalah Allah-lah yang mencukupi urusan mereka dan ‘ni’mal
wakiil’ adalah Allah-lah sebaik-baik tempat bersandar segala urusan hamba dan
yang mendatangkan maslahat.”
Dan Alloh mencukupkan
segala kebutuhanku. Mengurangi kesedihanku dan menambahkan ketenangan dalam batinku
ketika aku harus sendirian di hari Idul Fitri ku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar